Daftar Blog Saya

Mengenai Saya

Foto saya
Assalamualaikum saudara Muslim muslimahku, semoga dalam lindungan Allah SWT, terimakasih telah berkunjung di blogger ku. Jazakumullah

Jumat, 08 Maret 2019

Makalah ”SUMBANGAN PEMIKIRAN TEORI PADA SOSIOLOGI POLITIK”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Politik memang merupakan salah satu kajian utama dalam ilmu politik, namun sekarang sudah menjadi kajian interdisiplin ilmu. Salah satu ilmu yang mengkaji tentang politik adalah sosiologi. Maka dengan seperti ini banyak tokohtokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang sosiologi politik, baik itu sebagai pencetus maupun memperbaharu dari teori-teori yang telah ada. Maka dari itu penulis bermaksud mengemukakan pendekatan sosiologis tentang politk.

1.2 Rumusan Maslah
1. Apa pemikiran karl mark tentang teori pada sosisologi politik
2. Apa pemikiran max waber  tentang teori pada sosisologi politik
3. Apa pemikiran emile durkheim tentang teori pada sosisologi politik
4. Apa pemikiran vareto tentang teori pada sosisologi politik

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pemikiran karl mark tentang teori pada sosisologi politik
2. Mengetahui pemikiran max waber  tentang teori pada sosisologi politik
3. Mengetahui pemikiran emile durkheim tentang teori pada sosisologi politik
4. Mengetahui pemikiran vareto tentang teori pada sosisologi politik



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemkiran Karl Marx
2.1.1Biografi Karl Marx (1818 - 1883)
Karl Marx, lahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun sebelumnya pindah agama Yahudi menjadi Kristen Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah diduga merupakan alasan mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Ayahnya mengharapkan Marx menjadi notaris sebagaimana ayahnya. Karl Marx sendiri lebih menyukai untuk menjadi Penyair daripada seorang ahli hukum. Hukum merupakan ilmu yang digemari pada saat itu. etengah semester ia bertahan, dan melompat ke Universitas Berlin, fokus pada filsafat. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub Para Doktor, dan menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum Hegelian Muda”. Namun karena mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan menjadi doktor dengan disertasi “The Difference between The Natural Philosophy of Democritus and Epicurus”. Kertas kerja dan pengantar disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat Hegelian, dan antiagama. Hal terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat, dan mulai dijauhi rekan-rekannya. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya. Selama hampir setahun ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843, sesudah harian itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia kawin dengan Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia tidak hanya berkenalan dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akan menjadi teman akrab dan “penerjemah” teori-teorinya melainkan juga dengan tokoh-tokoh sosialis Perancis. Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan  pemerintah  Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia. Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Engels terlibat dalam macam-macam kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan Engels ia menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi’48, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya.
Di London mulai tahap baru dalam hidup Marx. Aksi-aksi praktis dan revolusioner ditinggalkan dan perhatian dipusatkannya pada pekerjaan teroritis, terutama pada studi ilmu ekonomi. Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling gelap dalam kehidupannya. Ia tidak mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan hidup dari kiriman uang sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas kawan terasing daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan ketiga baru diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun terakhir hidupnya amat sepi dan tahun 1883 ia meninggal dunia.1.    
2.    
2.1.    
1.   
2.   
2.1.   
2.2.   
Karya-karyanya:
1. The Comminst Manifesto (1884)
2. Das Kapital
3. dll

2.1.2 Pemkiran-Pemikiran Karl Marx
1. Teori pertentangan kelas
Pertama kali, Marx mendefinisikan kelas-kelas sosial lewat eksistensinya yang dikaitkan dengan hubungan produksi. Kaum borjuis menjadi pemilik modal. Para ‘borjuis kecil’ yang merupakan kategori yang tidak terlalu tajam terdiri dari para tukang atau pengrajin, pedagang, notaris, pengacara dan seluruh birokrat. Sedangkan kaum proletar adalah mereka yang menjual tenaga dalam bekerja. Yang terpenting bagi Marx bukanlah membuat deskripsi tentang stratifikasi sosial tetapi dinamika sebuah masyarakat yang menurut pendapatnya bergerak dalam satu konflik sentral yaitu perjuangan kelas, yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Kaum borjuis yang didorong oleh persaingan dan haus akan keuntungan tergerak untuk semaksimal lama semakin mengeksploitasi kaum proletar. Karena terperangkap dalam kemelaratan dan pengangguran yang bersifat endemik maka kelas proletar hanya memiliki satu-satunya jalan keluar yaitu pemberontakan sporadis atau melakukan revolusi. Karena pergulatan antar kelas ini harus berujung pada terjadinya perubahan dalam masyarakat maka pemberontakan haruslah bertransformasi dalam bentuk revolusi.
2. Matrealimse Historis
a. “Historis Matrealisme” (sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas)
b. “Historis Matrealisme” bergerak pada wilayah yang apa oleh marx disebut the mode of economic production (ekonomi)  
c. The mode of economic productionterlihat dalam pemikiran “Marx tua”
d. pemikiran Marx terbagi menjadi dua: Marx muda dan Marx tua
e. Marx muda: marx berfikiran filosofis (yang kemudian banyak melahirkan teori kritis).
f. Pemikiran Marx muda banyak terdapat dalam karyanya berjudul The Poverty of philosophy    
g. Marx tua: Marx yang berfikiran ekonomi diterministik dan kemudian menjadi ideologi.
h. Keberpihakan Marx pada kaum tertindas bersifat diterministik
i. Dalam gerak kehidupan manusia ada dua hal tak bisa pisahkan: superstructures (politik, agama, pendidikan, pengetahuan, keluarga, dan sebagaianya) dan infrastructure (ekonomi).
j. Ekonomi adalah elemen dasar atau fondasi yang menopang superstructures
k. Hubungan sosial yang melembagakan sifat ketergantungan dan mengontrol atau menguasai sumber ekonomi oleh Marx disebut the mode of economic production
l. the mode of economic production tak lebih upaya Marx membalik teori idealis Hegel (Mind-Matter) menjadi matrialisme (Matter-Mind)

2.2 Pemikiran Max Weber
2.2.1 Biografi
Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864. Menyelesaikan studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi dan mengajar disiplin ilmu-ilmu tersebut di berbagai universitas di Jerman. Serta terus-menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu sosiologi yang saat itu masihh berusia muda. Weber sangat berminat terhadap bidang politik tetapi tidak pernah terlibat benar-benar dalam aksi politik.
Weber meninggal pada tahun 1920, dengan sebelumnya mengalami tekanan jiwa pada tahun 1900. Banyak melakukan riset dan menulis buku dan esei.
Beberapa karya Weber adalah:
1. Tendencies In The Development Of The Situation Of Rural Worker In Eastern Germany (1894)
2. The Social Causes Of The Decadence Of Ancient Civilization (1894)
3. The Protestan Ethic And The Spirit Of Capitalism (1904)
4. Essay On Some Categories Of Comprehensive Sociology (1913)
5. The Economic Ethic Of Universal Religions (1915)
6. The Socilogy Of Religion (1916)
7. Economic And Society (1919)

2.2.2 Pemikiran Max Weber
1. Teori Perilaku Sosial
Mula-mula sosiologi bagi Weber adalah ilmu pengetahuan tentang tindakan sosial. Masyarakat adalah produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai, motif, dan kalkulasi rasional. Hanya individu-individu yang riil secara obyektif dan masyarakat adalah salah satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu yang menjalin hubungan
Secara jelas, sosiologi bagi weber adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dengan cara melakukan interprestasi atas aktivitas sosial.
Bertitik tolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial, Weber menyebutkan ada lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian ilmu sosiologi:
a. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif.
b. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.
c. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
d. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
2. Kharisma dan retuniasasi
a. Kharisma adalah kekuasaan yang dimiliki orang tertentu
Tiga ciri utama kharisma: luar biasa, spontan (berbeda dengan dengan bentuk-bentuk sosial yang mapan dan stabil), sumber dari bentuk gerakan baru. Fungsi kharisma: sumber kegoncangan dan pembaharuan. Kharisma melahirkan panggilan bagi pengikutnya. Ada kewajiban mereka yang terpanggil pada misi kharismatik untuk mengakui kualitasnya dan bertindak sesuai dengan tokoh yang kharismatik.
b. Rutinisasi adalah struktur aktivitas yang berjalan karena ada kharisma






2.3 Pemikiran Emile Durkhem
2.3.1Biografi Emile Durkheim
Lahir di Epinal propinsi Lorraine, Perancis Timur pada tanggal 15 April 1858. Dia termasuk dalam tokoh Sosiologi yang memperbaiki metode berpikir Sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi Sosiologi akan menjadi suatu ilmu pengetahuan yang benar apabila mengangkat gejala sosial sebagai fakta-fakta yang dapat diobservasi.
Dia dilahirkan dalam keluarga agamis namun pada usia belasan tahun minat terhadap agama lebih akademis daripada teologis. Pada usia 21 tahun Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure setelah sebelumnya gagal dalam ujian masuk. Di Universitas tersebut dia merupakan mahasiswa yang serius dan kritis, kemudian pemikiran Durkeim dipengaruhi oleh dua orang profesor di Universitasnya itu (Fustel De Coulanges dan Emile Boutroux).
Setelah menamatkan pendidikan di Ecole Normale Superieure, Durkheim mengajar filsafat di salah satu sekolah menengah atas (Lycees Louis-Le-Grand) di Paris pada tahun 1882 sampai 1887. Kemudian masih pada tahun 1887 (29 tahun) disamping prestasinya sebagai pengajar dan pembuat artikel dia juga berhasil mencetuskan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang sah di bidang akademik karena prestasinya itu dia dirgai dan diangkat sebagai ahli ilmu sosial di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di universitas Bourdeaux.
Tahun 1893 Durkheim menerbitkan tesis doktoralnya dalam bahasa perancis yaitu The Division of Labour in Society dan tesisnya dalam bahasa Latin tentang Montesqouieu. Kemudian tahun 1895 menerbitkan buku keduanya yaitu The Rules of Sociological Method. Tahun 1896 diangkat menjadi professor penuh untuk pertama kalinya di Prancis dalam bidang ilmu sosial.
Tahun 1897 menerbitkan buku ketiganya yang berjudul Suicide (Le-Suicide) dan mendirikan L’AnĂ©e Sociologique (jurnal ilmiah pertama tentang Sosiologi). Tahun 1899 Durkheim ditarik ke Sorbonne dan tahun 1906 dipromosikan sebagai profesor penuh dalam ilmu pendidikan. Enam tahun keudian (1912) menerbitkan karya keempatnya yaitu The Elementary Forms of Religious Life. Satu tahun setelahnya (1913) kedudukannya diubah menjadi professor ilmu Pendidikan dan Sosiologi. Pada tahun ini Sosiologi resmi didirikan dalam lembaga pendidikan yang sangat terhormat di Prancis.
Tahun 1915 Durkheim mendapat musibah, putranya (Andre) cedera parah dan meninggal. Pada 15 November 1917 (pada usia 59 tahun) Durkheim meninggal sesudah menerima penghormatan dari orang-orang semasanya untuk karirnya yang produktif dan bermakna, serta setelah dia mendirikan dasar Sosiologi ilmiah.

Karya Emile Durkheim

 Disertasinya yang berjudul “The Division of Labor in Society” diterbitkan pada tahun 1893. Dalam disertasikan tersebut, ia memaparkan tentang konsep-konsep evolusi sejarah moral atau norma-norma tertib social. Ia juga menempatkan krisis moral yang hebat yang terjadi dalam masyarakat modern. Disertasinya ini menjadi karya klasik dalam tradisi sosiologi.
 The Rule of Sociological Method, yang menguraikan tentang fakta sosial.
 Le Suicide, Suicide (1897/1951), yang di dalamnya, Durkheim menghubungkan perilaku individu seperti bunuh diri dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial).
 Les former elementaire de levie religieuse (bentuk-bentuk dasar kehidupan religius), yang membahas tentang masyarakat primitif untuk menemukan akar agama.

2.3.2 Pemikiran Teori-teori Emile Durkheim
1. Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)
Dalam buku ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

a. Solidaritas Mekanis
Solidaritas mekanis dibentuk oleh hokum represif karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap system nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu. Pelanggar akan dihukum atas pelanggaranya terhadap system moral kolektif. Meskipun pelanggaran terhadap system moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat.
b. Solidaritas Organic
Masyarakat solidaritas organic dibentuk oleh hukum restitutif. Dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi xecara emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya mengalami perubahan bukannya hilang.
Dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial.
2. Fakta Sosial (The Rule Of Sociological Method)
3. Teori Bunuh Diri (Suicide)
Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam masyarakat:
a. Bunuh Diri dalam Kesatuan Agama
Dari data yang dikumpulan Durkheim menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar di negara-negara protestan dibandingkan dengan penganut agama Katolik dan lainnya. Penyebabnya terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan oleh masing-masing agama tersebut kepada para penganutnya.
b. Bunuh Diri dalam Kesatuan Keluarga
Dari penelitian Durkheim disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, mengikat orang pada kegiatan-kegiatan sosial di antara anggota-anggota kesatuan tersebut.
c. Bunuh Diri dalam Kesatuan Politik
Dari data yang dikumpulkan, Durkheim menyimpulkan bahwa di dalam situasi perang, golongan militer lebih terintegrasi dengan baik, dibandingkan dalam keadaan damai. Sebaliknya dengan masyarakat sipil.
Kemudian data tahun 1829-1848 disimpulkan bahwa angka bunuh diri ternyata lebih kecil pada masa revolusi atau pergolakan politik, dibandingkan dengan dalam masa tidak terjadi pergolakan politik.

Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam:
a. Bunuh Diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula bagian dari individu. Lemahnya integrasi sosial melahirkan arus sosial yang khas, dan arus tersebut melahirkan perbedaan angka bunuh diri. Misalnya pada masyarakat yang disintegrasi akan melahirkan arus depresi dan kekecewaan. Kekecewaan yang melahirkan situasi politik didominasi oleh perasaan kesia-siaan, moralitas dilihat sebagai pilihan individu, dan pandangan hidup masyarakat luas menekan ketidakbermaknaan hidup, begitu sebaliknya.
Durkheim menyatakan bahwa ada faktor paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana individu menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial.
b. Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika integrasi sosial yang sangat kuat, secara harfiah dapat dikatakan individu terpaksa melakukan bunuh diri. Salah satu contohnya adalah bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di Jonestown, Guyana pada tahun 1978. contoh lain bunuh diri di Jepang (Harakiri).
Bunuh diri ini makin banyak terjadi jika makin banyak harapan yang tersedia, karena dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu yang indah setelah hidup di dunia. Ketika integrasi mengendur seorang akan melakukan bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat dipakai untuk meneruskan kehidupannya, begitu sebaliknya.
c. Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi norma lama tidak berlaku lagi sementara norma baru belum dikembangkan (tidak ada pegangan hidup). Contoh: bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya kehilangan pekerjangan, dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan.
Contoh lainnya seperti booming ekonomi yaitu bahwa kesuksesan yang tiba-tiba individu menjauh dari struktur tradisional tempat mereka sebelumnya melekatkan diri.
d. Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.
Hubungan Empat Jenis Bunuh Diri menurut Durkheim
Integrasi Rendah Bunuh diri egoistis
Tinggi Bunuh diri AltruistisRegulasi Rendah Bunuh diri anomic
Tinggi Bunuh diri fatalistis
4. Teori tentang Agama (The Elemtary Forms of Religious Life)
Dalam teori ini Durkheim mengulas sifat-sifat, sumber bentuk-bentuk, akibat, dan variasi agama dari sudut pandang sosiologistis. Agama menurut Durkheim merupakan ”a unified system of belief and practices relative to sacret things”, dan selanjutnya “ that is to say, things set apart and forbidden – belief and practices which unite into one single moral community called church all those who adhere to them.” Agama menurut Durkheim berasal dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat selalu membedakan mengenai hal-hal yang dianggap sacral dan hal-hal yang dianggap profane atau duniawi.
Dasar dari pendapat Durkheim adalah agama merupakan perwujudan dari collective consciouness sekalipun selalu ada perwujudaan-perwujudan lainnya. Tuhan dianggap sebagai simbol dari masyarakat itu sendiri yang sebagai collective consciouness kemudian menjelma ke dalam collective representation. Tuhan itu hanya lah idealisme dari masyarakat itu sendiri yang menganggapnya sebagai makhluk yang paling sempurna (Tuhan adalah personifikasi masyarakat). Kesimpulannya, agama merupakan lambang collective representation dalam bentuknya yang ideal, agama adalah sarana untuk memperkuat kesadaran kolektif seperti ritus-ritus agama. Orang yang terlibat dalam upacara keagamaan maka kesadaran mereka tentang collective consciouness semakin bertambah kuat. Sesudah upacara keagamaan suasana keagamaaan dibawa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian lambat laun collective consciouness tersebut semakin lemah kembali.


2.4 Pemikiran Vilfredo Pareto
2.4.1Biografi dan Pemikiran Vilfredo Pareto (1848-1923)
Nama lengkapnya Vilfredo Federico Damaso Pareto. Latar belakang
keluarganya adalah bangsawan Genoa yang diasingkan ke Paris di tahun 1848.
Ayahnya Raffaele Pareto adalah seorang  insinyur sipil Italia , ibunya Marie Metenier,
seorang perempuan Prancis.
Ditahun 1870, ia meraih gelar di bidang teknik di universitas politeknik Turin.Setelah lulus ia bekerja pada perusahaan kereta api. Tahun 1886 menjadi dosenekonomi dan manajemen di universitas Florence. Tahun 1893 ia menjadi dosenekonomi di universitas Laussane Swiss. Pada 19 Agustus 1923 ia meninggal dunia di
Jenewa, Swiss.
KaryaVilfredo Pareto
1. Trattato di sociologia generale (1916)
2. Treatise on general sociology (3 jilid) diterjemahkan ke bahasa Inggris (4 jilid, 1935) dengan judul the mind and society
3. Ompendio di sociologia generale (1920)
Selain sebagai sosiolog, Pareto juga seorang insinyur, ekonom dan filsuf. Sosiologinya didasarkan pada observasi terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta dan rumus-rumus matematis. Menurutnya, masyarakat merupakan system kekuatan yang seimbang, dan keseimbangan tersebut tergantung ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia, dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
Gagasan Pareto saat itu menyangkal gagasan Marx dan sebagian besar filsafat pencerahan. Misalnya, selagi filsuf penecerahan menekankan peran factor rasional, Pareto menekankan pada factor nonrasional seperti naluri manusia. Penekananya ini pun berkaitan dengn penolakanya terhadap teori Marx. Artinya, karena factor nonrasional menjadi demikian penting dan karena tak berubah maka tak realistis berharap akan tercapai perubahan social yang dramatis melalui revolusi ekonomi.
Kalau teori perubahan sosial Marx memusatkan perhatian pada peran massa, Pareto menyodorkan teori elit perubahan sosial. Pareto melakukan penelitian lapangan pada masyarakat Itali, terutama aspek sosial-ekonomi, dan berkesimpulan bahwa 80% kekayaan di Italia dikuasai oleh elit yang jumlahnya tidak lebih 20%. Sebaliknya 80% rakyatnya hanya menikmati 20% saja dari kekayaan negaranya. Dan pandangan ini menurutnya terjadi di wilayah manapun di bumi, dan kiranya masih relevan untuk konteks Indonesia saat ini.
Perubahan social terjadi ketika elite mulai mengalami kemerosotan moral dan digantikan oleh elite baru yang berasal dari elit yang tak memerintah. Jadi, Pareto menyodorkan teori perubahan sosial melingkar, sedangkan Marx, Comte, Spencer, dan yang lain menyodorkan teori perubahan sosial yang liniear.
Teori sosiologi Pareto berpengaruh dalam pengembangan teori dan karya Parsons berjudul the structure of social action dan pengaruh lebih umumnya lagi dalam pengembangan fungsionalisme structural. Selain itu pemikiran Pareto juga digemari penguasa Itali saat itu Benito Mussolini.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud proses pembuatan kekuasaan, khususnya Negara. Sedangkan, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh seluk beluk yang berhubungan dengan sosial. Banyak aspek yang dipelajari dalam ilmu sosiologi dimana berkait dengan kehidupan sosial, hubungan antar sesama, kekeluargaan, kasta, rumpun, bangsa, agama dan asosiasi kebudayaan, ekonomi dan organisasi politik.
Sosiologi politik adalah ilmu tentang kekuasaan, pemerintahan, otoritas, komando di dalam semua masyarakat manusia, tidak hanya di dalam masyarakat nasional. Pengertian tersebut pada dasarnya membedakan antara pemerintah dengan yang diperintah.

3.2  Saran
Tidak ada yang sempurna di Dunia ini begitu pula makalah yang saya buat, saya menyadari makalah ini masih mempunyai kekurangan dan demi penyempurnaan makalah ini.maka Saya membutuhkan kritik dan saran yang bersifat positif/membangun dari pembaca. dan semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca khususnya bagi saya selaku penyusun.